Tren Bisnis Preloved Anak Muda dengan Segudang Manfaat

Beberapa tahun ke belakang, jual membeli barang preloved menjamur di kalangan anak muda Indonesia. Bisnis jual preloved branded jadi marak dijalankan di era pandemi ini, lebih-lebih oleh para mahasiswa.Preloved adalah barang memiliki kwalitas tinggi layak mengfungsikan yang dijual ulang atau barang second.

Biasanya barang-barang ini dijual ulang oleh pemiliknya bersama dengan harga yang jauh lebih tidak mahal berasal dari harga aslinya.Barang yang biasa dijual pun sering kali bermerk. Mulai berasal dari pakaian, buku, sampai produk perawatan diri.Dari segi pelaku bisnis, mudahnya untuk menjajakan barang milik sendiri jadi tidak benar satu alasannya.

“Bisnis ini ramah modal banget, yang perlu kami niat dan sudah sudi melewatkan semua barang yang sudi kami jual,” ujar Rahajeng Desna, mahasiswi Jurnalistik Unpad yang menekuni bisnis preloved pakaiannya sejak dua tahun silam.

Bagi Desna, tak hanya memperoleh uang tambahan, bisnis ini juga amat membantunya meraih tujuan untuk hidup minimalis bersama dengan kurangi barang pribadi yang sudah tidak terpakai. Ia juga percaya barang yang ia jual dapat ulang bermanfaat untuk orang lain yang membelinya.

“Bisa dibilang kami ini jual rugi ya, namun menurutku ada kegunaan lebih berasal dari semata-mata uang. Daripada barang itu kami tumpuk sepanjang yang kami pikirkan, lebih baik dijual kan? Toh, dapat lebih bermanfaat dipakai orang lain,” kata Desna.

Peluang Bisnis Digital Pada Masa Pandemi

Hal yang mirip juga dijalankan oleh Yasmin, mahasiswi Televisi dan Film Unpad. Berawal berasal dari kegemarannya membaca buku, bisnis preloved ini ia lakukan setelah jelas buku yang ia punyai menumpuk di rumah dan sudah jarang dibaca.

Yasmin berpendapat, kekuatan tarik utama berasal dari bisnis ini bagi konsumennya adalah harga miring bersama dengan mutu yang masih amat bagus. Hanya bergeser tangan setelah baru dipakai beberapa kali oleh pemilik pada mulanya bersama dengan keadaan terawat.

Barang preloved umumnya dijual bersama dengan alasan tidak cocok ukuran atau tidak cocok bersama dengan selera pemiliknya.“Tanpa harus kami promosikan sampai mengfungsikan paid promote pun ada saja yang beli.

Kadang juga aku cuma jual ke teman-teman yang aku tau suka baca buku atau melalui Twitter dan tempat sosial lainnya,” kata Yasmin, sharing pengalaman berkenaan betapa mudah buku-bukunya terjual.