Sulit Mencari Kerja saat Pandemi?

“Bagaimana sih cara meraih pekerjaan? Nah ini menjadi lebih tough lagi dikarenakan di sedang pandemi persaingan terlalu tinggi. Jadi pada mulanya kebanyakan pelamar itu naik 50%. Belum lagi kecuali posisi spesifik itu kuantitas pelamarnya menggapai ribuan, kecuali 800 itu rata-rata, yang tadinya satu posisi dilamar 400 menjadi 800, posisi spesifik dilamar ribuan orang

Pandemi virus Corona (COVID-19) membawa dampak ada lonjakan pencari kerja. Situs pencarian kerja Jobstreet mencatat peningkatan pelamar sampai dua kali lipat di sedang pandemi COVID-19. Artinya, 1 lowongan terbaru jakarta diperebutkan oleh ratusan lebih-lebih ribuan orang pencari kerja, agar persaingan makin lama sulit.

Jobstreet terhitung mencatat ada peningkatan akses dari para penggunanya selama pandemi. Selain itu, banyak terhitung pencari kerja yang perlu tips-tips melacak kerja selama pandemi. Faridah mengatakan, pandemi ini membawa dampak perubahan pola perekrutan, agar tips-tips melacak kerja sementara ini terlalu mutlak untuk dipelajari.

“Hal paling simpel secara lazim yang mampu dilihat adalah perusahaan memanggil pencari kerja, atau me-review pencari kerja itu telah berlainan dengan masa lalu. Kalau sebelum saat pandemi yang dijalankan adalah menelepon atau mengirimkan email, atau menghubungi pencari kerja melalui situs/aplikasi Jobstreet, menambahkan notifikasi maka yang dijalankan sementara ini, seluruh sistem yang dijalankan cuma basis teknologi,” terang dia.

Ia mengatakan, pelamar kerja terhitung mesti menambahkan kekuatan di luar relevansi bidang yang dilamar, terhitung latar belakang pendidikan. Terutama untuk kekuatan di bidang teknologi.

“Sekarang kekuatan untuk familiar dengan technology, satu misal paling simpel adalah pada sementara menghubungi pencari kerja atau interview, sekarang dijalankan melalui teknologi. Dan saya melihat banyak sekali pencari kerja begitu dihubungi atau interview, mereka tetap kesulitan. Mereka mengatakan bahwa aduh saya tidak memiliki Zoom atau Skype. Sehingga ini menyulitkan perusahaan untuk melakukan sistem interview,” tegas dia.

Senada dengan Faridah, HR Services Assistant Manager PT Panasonic Gobel Indonesia Lilis Sukarno selaku perekrut mengatakan, kekuatan di bidang teknologi sesungguhnya terlalu diutamakan sementara ini. Ia menjelaskan, kekuatan itu akan menjadi nilai and kecuali dicantumkan dalam Curriculum Vitae (CV).

“Kalau tadi Bu Farida bilang ini dia mesti telah mampu mengfungsikan seluruh sistem digital, iya. Jadi di CV-nya pun dia mesti memperlihatkan bahwa dia jago dalam perihal semuanya, dan dia tampilkan seluruh kebisaan yang dia punya.

Sehingga itu menjadi pertimbangan kita. Karena lowongan pekerjaan itu, mungkin di bagian kami yang rekrut, ini sepertinya dia nggak cocok, kami memiliki kandidat lain, mungkin kami akan tawarkan ke area lain,” papar Lilis yang terhitung hadir dalam Bincang Virtual itu.

Selain itu, ia menegaskan seorang pelamar terhitung mesti siap untuk menekuni beragam cara interview. Terutama di pandemi ini, perusahaan telah kurangi interview tatap muka, tetapi melalui aplikasi digital.

“Sekarang ini kami tidak cuma melihat dari sosok orangnya, yang terpenting, utama itu mereka untuk komunikasi mesti mampu atau mesti punya. Jangan saat kami senang interview, kami menunggu, kami mampu interview nggak? Nah itu yang menurut kami terlalu memakan waktu. Sudah memahami dia cari kerja, menjadi dia semestinya telah ready,” imbuh dia.

Dalam peluang yang sama, Talent Acquisition & Scouting Manager Danone Indonesia Almer Hafiz terhitung menekankan kekuatan dalam teknologi sangatlah penting, lebih-lebih melihat tradisi customer terhitung telah berubah di sedang pandemi.

“Dengan behaviour customer telah berubah, kami pasti terhitung menuntut kandidat di luar sana untuk menambah skill-nya. Contohnya mereka mesti menambah skill berkenaan dengan digital marketing, social media, digital data, terhitung big information analytic. Itu yang mesti mampu ditambahkan skill-nya, agar mereka mampu menjajakan dirinya, dan membawa dampak mereka mampu lebih visible untuk korporasi bahwa dia memiliki skill itu, yang sementara ini sedang booming, sedang heboh, mampu di terima dengan skill itu. Nah itu tidak benar satu tips melacak kerja during this pandemic,” kata Almer.

“Hal paling simpel secara lazim yang mampu dilihat adalah kecuali perusahaan memanggil pencari kerja, atau me-review pencari kerja itu telah berlainan dengan masa lalu. Kalau sebelum saat pandemi yang dijalankan adalah menelepon atau mengirimkan email, atau menghubungi pencari kerja melalui situs/aplikasi Jobstreet, menambahkan notifikasi maka yang dijalankan sementara ini, seluruh sistem yang dijalankan cuma basis teknologi,” terang dia.

Ia mengatakan, pelamar kerja terhitung mesti menambahkan kekuatan di luar relevansi bidang yang dilamar, terhitung latar belakang pendidikan. Terutama untuk kekuatan di bidang teknologi.

“Sekarang kekuatan untuk familiar dengan technology, satu misal paling simpel adalah pada sementara menghubungi pencari kerja atau interview, sekarang dijalankan melalui teknologi. Dan saya melihat banyak sekali pencari kerja begitu dihubungi atau interview, mereka tetap kesulitan.

Mereka mengatakan bahwa aduh saya tidak memiliki Zoom atau Skype. Sehingga ini menyulitkan perusahaan untuk melakukan sistem interview,” tegas dia.

Senada dengan Faridah, HR Services Assistant Manager PT Panasonic Gobel Indonesia Lilis Sukarno selaku perekrut mengatakan, kekuatan di bidang teknologi sesungguhnya terlalu diutamakan sementara ini. Ia menjelaskan, kekuatan itu akan menjadi nilai and kecuali dicantumkan dalam Curriculum Vitae (CV).

“Kalau tadi Bu Farida bilang ini dia mesti telah mampu mengfungsikan seluruh sistem digital, iya. Jadi di CV-nya pun dia mesti memperlihatkan bahwa dia jago dalam perihal semuanya, dan dia tampilkan seluruh kebisaan yang dia punya. Sehingga itu menjadi pertimbangan kita. Karena lowongan pekerjaan itu, mungkin di bagian kami yang rekrut, ini sepertinya dia nggak cocok, kami memiliki kandidat lain, mungkin kami akan tawarkan ke area lain,” papar Lilis yang terhitung hadir dalam Bincang Virtual itu.

Selain itu, ia menegaskan seorang pelamar terhitung mesti siap untuk menekuni beragam cara interview. Terutama di pandemi ini, perusahaan telah kurangi interview tatap muka, tetapi melalui aplikasi digital.

Dalam peluang yang sama, Talent Acquisition & Scouting Manager Danone Indonesia Almer Hafiz terhitung menekankan kekuatan dalam teknologi sangatlah penting, lebih-lebih melihat tradisi customer terhitung telah berubah di sedang pandemi.

“Dengan behaviour customer telah berubah, kami pasti terhitung menuntut kandidat di luar sana untuk menambah skill-nya. Contohnya mereka mesti menambah skill berkenaan dengan digital marketing, social media, digital data, terhitung big information analytic.

Itu yang mesti mampu ditambahkan skill-nya, agar mereka mampu menjajakan dirinya, dan membawa dampak mereka mampu lebih visible untuk korporasi bahwa dia memiliki skill itu, yang sementara ini sedang booming, sedang heboh, mampu di terima dengan skill itu. Nah itu tidak benar satu tips melacak kerja during this pandemic,” kata Almer.